Dibalik Perintah Menahan Lisan Dari Bicara Sia-Sia

Jangan lisan sebelum bicara



Bahagia dunia akhirat Insya Allah adalah salah satu buah manis keteguhan membiasakan diri menahan lisan dari bicara yang sia-sia. Menjaga lisan sepintas mungkin terlihat "tidak begitu penting". Padahal sebenarnya, andil dan nilai strategisnya justru sangat berperan turut menentukan nasib pemiliknya apakah akan selamat atau bahkan celaka dalam kehidupannya.


produksispot.blogspot.com -Terlalu banyak bicara akan membuka peluang berbuat salah menjadi lebih besar. Kalau sudah akhirnya berbuat salah, hati pasti ngga tenang. Resah. Gelisah. Udah gitu mungkin pake acara "lari" dari persoalan. Wow, jadi repot lah ya.

Oleh karena itu ngga heran bagi kita umat beragama, menjaga lisan ini termasuk salah satu bab pembahasan penting. Bukan hal sepele perintah menjaga lisan. Aturannya sudah jelas sekaligus tegas dengan ancaman dosa bagi mereka yang tidak mengindahkannya.

Memfitnah, menghasut, mencemooh, membicarakan aib atau menghina adalah sebagian contoh kejahatan lisan. Perbuatan seperti itu hakekatnya tidak saja menimbulkan kerugian untuk diri sendiri, tetapi juga orang lain. Orang yang dijadikan objek kejahatan lisan itu bisa tersakiti hatinya, bahkan terancam nyawanya. Semuanya hanya dari satu pangkal. Ya. "Hanya" dari ucapan atau kata-kata yang diucapkan.

Sahabat tentu sudah sering dengarkan sebuah hadits nabi Shalallaahu 'alaihi wasallam dari Abu Hurairah bahwasanya Rosuulullaah Shalallaahu 'alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam" (HR Bukhari, Muslim)

Jika baginda nabi sudah memberikan peringatan sedemikian maka pasti akan sangat besar kebaikan mengikutinya dan sebaliknya, besarnya ancaman jika mengingkarinya.Na'uuzubillaahi min dzaalik. Berikutnya seperti tercermin dalam sebuah hadits, ancaman bagi mereka yang gemar menyakiti, baik hati apalagi fisik orang lain melalui perantaraan lidahnya yang amat-amat merugi dunia dan akhiratnya. Semoga menjadi pengingat bagi penulis dan kita semua.

SUATU hari seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Ya Rasulullah! Sungguh si fulanah itu terkenal banyak shalat, puasa, dan sedekahnya. Akan tetapi juga terkenal jahat lidahnya terhadap tetangga-tetangganya.” Maka berkatalah Rasulullah SAW kepadanya, “Sungguh ia termasuk ahli neraka.”

Kemudian laki-laki itu berkata lagi, “Kalau si fulanah yang satu lagi terkenal sedikit shalat, puasa dan sedekahnya, akan tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya.” Maka Rasulullah SAW berkata, “Sungguh ia termasuk ahli surga.” (HR.Muslim)

Sekian artikel singkat dan sangat sederhana Dibalik Perintah Menahan Lisan Dari Bicara Sia-Sia ini. Mohon maaf kurang lebihnya dan semoga kita semua dimampukan untuk menjaga lisan dari berkata yang tak bermanfaat. Aamiin.

Wassalam.



Pict : flickr.com

No comments:

Post a Comment